Ini cerita yang sebenarnya,
Di tengah malam buta seorang teman lama mendatangi kostku,
dengan nada tersendu sedan.. ada apa Reno?..
Seorang gadis cantik, baik, kaya yang sering melenggang
bersamanya meninggalkan Reno untuk menikah dengan pria lain… hah? Kenapa Ivets
pergi? Kenapa Ivets berpikir lain? Kenapa? Kenapa? Kenapa Ivets berubah?...
Aku mengenalnya dua tahun yang lalu, setahun lebih lama dari
dari Reno,…
Dia baru keluar dari sebuah misa dihari minggu… berkulit
putih, berpakain sangat sesuai dan menunjukkan selera yang terjaga, senyum
penuh kehangatan..
“Ivets”,, katanya sambil menjulurkan tangan salam
perkenalan,, ketika aku menghampirinya dan bertanya apakah dia anak baru di
gereja kami…
Suatu haripula kami bersahabat, ceritanya cerita yang
sederhana, cita-citanya, keinginan yang dapat dijangkau semua orang… kalau
kelak aku menikah rasanya tidak mengapa kalau aku hanya jadi ibu rumah tangga
seperti kakak-kakakku lainya,… kerja, kenal seseorang, menikah, memiliki anak,
dan berdiam dirumah bersama anak-anak… kadang setiap pulang dari rumahnya,
selalu ada keinginan bisakah aku menikahinya suatu hari?... Tapi aku tidak
seberani itu…,, aku sangat tidak sepadan dengannya… keluargaku dari keluarga
biasa saja, pekerjaan dan karierku tidak cukup cemerlang, umurku tidak muda
lagi kalau hanya untuk berpacaran, dan ini dan itu… semuanya melengkapi
ketakutan untuk bisa bersamanya… ak menyebutnya sebagai realistis.. hehe
Dan ketika disuatu minggu aku mengunjunginya bersama Reno,
sahabatku,, cerita menjadi lain,,, Reno bukanlah seorang anak kaya seperti
Ivets, dia juga mempunyai karier yang pas-pasan persis denganku, dan usianyapun
tak muda lagi… Tapi itulah Reno, penuh simpati, pembawa suasana, dan penuh
kepercayaan diri dengan kecerdasan diatas laki-laki biasa…
Dan itu awalnya ketika suatu hari di Bulan Oktober 2011 yang
basah sebasah basahnya , aku dikunjungi oleh dua sahabatku yang telah
mendeklarasikan bahwa mereka telah jalan bersama… ak bahagia bercampur masam
hehe,, tapi masih terasa sedikit manis bila ingat banyak yang aku tak punya dan
tak siap…
Tapi setahun telah berlalu, ketika Ivets mengundangku untuk
makan siang bersama,.. Ivets bukanlah gadis yang dulu ketika baru melangkah
keluar dari kampusnya… Dia telah bekerja disebuah perusahaan besar yang
letaknya persis didepan kantorku,, Ivets mulai cerita tentang karier plan nya yang cukup terbuka luas,
tentang fasilitas, tentang masa depan yang bernama tantangan.. Dia juga mulai bercerita tentang umurnya yang
masih muda dibanding teman-temannya dikantor yang berada di bawahnya,, dan juga
kekagumannya terhadap top manager dikantornya yang memilki karier sangat
cemerlang,,
Entahlah, sepulang makan siang itu, pikiranku jadi agak
aneh,, ada rasa sukurku dan kekuatiran tentang sesuatu yang tidak begitu jelas…
Dan aku harus bilang apa dengan cerita Reno malam itu,,
Dia meninggalkanku Ben!!, Dia memutuskan untuk menikah
dengan pria lain yang lebih mapan… dia tidak mau berhenti bekerja hanya
gara-gara ingin menikah denganku,, dia mengatakan kalau aku pensiun maka
kehidupan akan menjadi tidak jelas karena karierku biasa-biasa saja, dia juga
bilang aku terlalu tua untuknya, sementara pria yang baru dia kenal setara
dengannya dan punya karier yang lebih terbuka luas karena kesempatan rentang
waktu yang lebih panjang dariku dan bila dipadukan akan bisa melengkapi lebih
daripada kami berdua… Dia berubahhh Bennn, Ivets berubah…. Dia tega pergi
begitu saja, dia tidak ambil pusing dengan perasaanku…
Aku harus jawab apa coba,,
Aku kenal Reno ketika sama-sama masuk di sebuah SMA yang
sangat kami kagumi sampai saat ini.. Reno sahabat yang baik, perhatian,
gentlemen, dan sangat melindungi… Itupula yang sering diceritakan Ivets, betapa
dia bersyukur aku mengenalkan pria yang selalu dia cari selama ini…. Tapi apa??
Waktu merubah segalanya…
Ivets mulai mengenal sesuatu yang sangat berharga baginya,
sesuatu bernama kemungkinan kemungkinan…
Cinta tidak menjamin apa-apa..
Cinta bukanlah hal yang utama
Cinta kadang bersaing dengan prestige
Cinta saja tidak cukup…
Aku cukup sedih, dua sahabatku tidak lagi bersama,
Aku sedih karena ternyata waktu bisa merubah semuanya..
Kadang Kebaikan-kebaikan tidak berarti apa-apa dibanding
kemungkinan kemungkinan yang ada didepan…
Baiklah, aku hanya ingin bercerita tentang dua sahabat yang
akhirnya terpisah…
Seandainya waktu bisa mundur,, banyak pertanyaan yang
kuajukan tapi entah siapa yang harus menjawab…
“Kenapa Reno tidak cepat mengajaknya menikah disaat itu
ketika Ivets belum berubah?”
Apakah bencana hanya tinggal menunggu waktu saja, apapun
kejadiannya…
Apakah aku perlu bersyukur tidak jadi untuk mengejar Ivets…
Itu hanya nasib Reno yang kurang beruntung…
Tiba-tiba ketika ingin mengakhiri tulisan ini, sebuah iklan
muncul dan bilang,, apapun yang terjadi, aku hanya percaya pada kekuatan cinta…
Cinta tidak bisa dipaksakan… Reno sahabatku, janganlah
menyesal, Ivets pun akan berpikir suatu hari betapa ketika dia telah
mendapatkan semuanya, dia juga kehilangan dan tidak mendapatkan semua kebaikan
yang ada padamu..
Kamu salah satu orang baik yang pernah kutemukan, waktu akan
menyembuhkan lukamu, dan percayalah, seseorang didepan sana telah disiapkan
oleh Nya, dan kelak kau akan bersyukur karena dia lebih tepat untukmu..
tetaplah seperti ini,, jangan mengejar kariermu hanya karena Ivets, semuanya
harus disukuri…. Kita sering mendapatkan sesuatu tanpa sadar kita kehilangan
yang lebih berharga…
Selamat malam Reno, selamat malam Ivets… semoga kita masih
bertemu diwaktu yang lain..
(Tulisan ini dibuat untuk mengenang teman, sahabat, saudara yang pernah bertemu di bulan ini dan menghilang ditengah badai waktu nan kejam... setidaknya bila dia megingatku maka dia akan merenungkannya bahwa semua tidak sia-sia,... baik-baiklah Kau disana, sampai waktunya tiba...
Namanya Reno, aku memanggilnya demikian sejak 10 tahun yang lalu, teman dipersinggahan Fort Numbay nama lain dari Jayapura.. Teman lelaki yang sangat mengerti akan persahabatan.. Hari itu hampir malam dan aku tetap tidak tahu jalan pulang ke daerah trans B, sebuah perkampungan penduduk pendatang.. jangankan mengingat jalannya, melihat terang saja sangat sulit, dan yang ada hanya teriakan-teriakanku yang mulai serak dan penuh kepanikan... temanku hanya sebilah pisau panjang yang telah menemaniku kemana mana...
Itu hari Sabtu biasa saat aku menghabiskan waktu untuk berburu babi hutan bersama penduduk kampung dan dengan Reno, sahabatku yang kukenal 2 tahun sebelumnya,, rumah kami berdekatan dan kami mempunyai kasus yang sama, tanpa saudara, tanpa teman, tanpa cinta, dan tanpa harapan...
Entah kenapa hari itu membuahkan kenekatan yang konyol, aku berlari-lari dengan semangat mengejar kawanan babi hutan yang ada didepan mata, dan membawaku terlalu jauh untuk dapat menemukan jalan pulang... Dan aku bersyukur Reno tetap mencariku sampai akhirnya menemukanku terduduk tanpa tenaga lagi,... Reno, kau menemukanku,, kataku lirih.)


Tidak ada komentar:
Posting Komentar