Sabtu, 28 Mei 2011

Kengerian didepan kita

Waktu itu tengah malam di Bulan April 1951, ketika sang presiden memanggil semua harian terkemuka di Amerika, dan mengatakan bahwa esok pagi akan terjadi kejadian yang akan dicatat dalam sejarah. Presiden yang sangat flamboyan itu samasekali tidak membungkam pers untuk tidak memberitakan sesuatu yang akan terjadi. Tapi untuk Negara, untuk kepentingan nasional maka sang presiden mengajak para kuli tinta itu untuk berpikir ulang untuk tidak memberitahukan atau membocorkan sesuatu yang penting atas nama Negara. Meskipun demikian sejarah mencatat bahwa invasi Amerika atas Cuba untuk menggulingkan rezim komunis Fidel Castro yang dikenal sebagai invasi Teluk Babi tersebut gagal total. Banyak hal yang tercatat dalam sejarah bahwa hal tersebut adalah awal dari intrik intrik antara CIA dengan sang presiden. Bagi kita yang sadar mestinya kita lebih bahagia dengan beberapa kejadian yang tidak terjadi di Negara kita yang melanggar batas-batas demokrasi yang diagung-agungkan oleh Amerika, bahkan juga oleh sebagian kita,, hmm, Saya pikir banyak kejadian di Negara tersebu

t yang tidak dapat terjelaskan sampai saat ini dan merupakan X file. Kematian Kennedy, Peristiwa WTC, penyerbuan Irak dll. Tetapi saya tidak tertarik untuk membahasnya lebih dalam peristiwa tersebut.

Saya hanya ingin kita membaca berita di media yang membuat nilai-nilai moral kita tidak terganggu. Apakah semua berita harus diberitakan. Apakah semua kejadian harus ditampilkan? Apakah semua yang berakibat negatif tetap harus terlihat untuk kita,, Suatu hari ditengah malam saya terbangun dan melihat orang yang saat ini mulai diingat kembali oleh kebanyakan orang Indonesia gara-gara seorang polisi Gorontalo yang sangat expresif menyanyikan lagunya yang pernah dinyanyikannya, Chaya-chaya,, ya seorang Syaruk Khan. Saat harus menyampaikan kemenangannya atas actor pria terbaik Bollywood, dia mengatkan hal yang menarik “Saya berharap anak-anak saya telah terlelap tidur dirumah dan tidak lagi menyaksikan televisi meskipun ayahnya berada di sini. Kita hidup di dunia yang tidak terbayangkan oleh semua kita. Saya tidak bisa menjelaskan kepada mereka bagaimana senjata mainannya ternyata nampak di TV untuk membunuh seseorang, saya tidak bisa menjelaskan mengapa pesawat mesti mendarat di gedung bertingkat WTC, saya tidak dapat menjelaskan kenapa orang dibunuh karena keyakinannya,,,”,, Saya bukan pengagum film India, tapi cukup kagum dengan intelektual sang aktor yang jug

a seorang ayah yang baik. Bukankan kita sudah muak dengan sambutan “terima kasih pada teman-teman, director, manager, oramg tua, dll yang telah membawa saya kemari saat ini” hehehe

Sungguh media saat ini memberitkan semua yang sangat ekspresif didepan kita melalu televisi, Koran, majalah dll. Dan untuk hal itu semuanya diganjar dengan penghargaan yang sangat prestisius. Pernahkan anda lihat foto di bawah ini yang mendapatkan penghargaan pulitzer?

Photo ini sengaja saya potong untuk tidak menimbulkan kengerian pada kita semua. Pohoto ini selengkapnya adalah ketika Jendral Nguyen Ngoc Loan mengeksekusi seorang Vietcong dengan menembah kepalanya dari sampaing. Photo ini sungguh terkenal didunia dengan cerita panjang setelahnya

dari sang pengeksekusi yang hidupnya tidak bahagia belakangan. Saya telah melihatnya sejak saya kecil, sampai saat inipun photo ini masih sering muncul d

ibeberapa majalah untuk mengenang perang kekejaman Vietnam yang sangat heroik itu. Saya juga teringat betapa sebulan penuh ketika tsunami terjadi di Aceh, harus menyaksikan sesuatu yang rasanya tidak pantas untuk kita manusia, jasad-jasad tercerai berai dijalanan kota dan desa. Atau lihatkah beberapa Koran yang mengekspose berita kecelakaan sebagai headline-nya hampit tiap hari. Kita disuguhkan kengerian seperti itu yang menjadikannya sebuah ketakutan, trauma, atau menanamkannya pada otak kita bahwa itu hal yang biasa. Seperti mahasiswa kedokteran yang akhirnya menjadikan jenasah hal yang biasa sebagai praktek laboratoriumnya.

Tapi saya terkaget-kaget ketika gempa besar dengan 8,8 SR yang mengakibatkan tsunami terjadi di Jepang pada tanggal 11 Maret 2011. Tsunami yang maha dasyat itu terekam jelas oleh beberapa orang dan diberitakan keseluruh dunia. Tsunami besar itu menghancurkan dan memusnakan berbagai hal di negara itu. Infrastruktur, industri, perdagangan, perekonomian,dan tentu saja hal yang tidak terbeli, nyawa manusia. Peritiwa tersebut setidaknya menimbulkan korban lebih dari 20.000 orang. Tapi sadarkah kita bahwa di Koran-koran, di televisi kita samasekali tidak disuguhi foto-foto yang mengerikan? Saya tidak melihat jasad-jasad manusia sekalipun, bahkan pemakaman masalpun hanya menyorot peti mati dalam sudut yang tidak fokus. Kita menjadi nyaman untuk terus mengikuti beritanya dan menyadari ini sebuah bencana besar dan sebuah peringatan dari Tuhan untuk menyadari semua yang telah kita perbuat.. tidak ada kengerian membaca dan melihat peristiwa itu. Kita bahkan mendapatkan esensi lebih bagaimana sebuah bencana ditangani dengan cepat dan kedisplinan serta keteraturan membuat semuanya menjadi lebih mudah ditangani.

Hmm saya berharap kedepan banyak media kita akan lebih bijak menampilkan semua berita, menampilkan semua gambar, menceritakan semua kejadian. Bukankah semua yang kita lihat mempengaruhi semua yang kita lakukan kedepan. Trauma & kengerian tidak harus ditularkan, akan tetapi disampaikan sebagai pesan yang mengingatkan kita, bahwa kita memiliki sesama, memiliki keterbatasan, dan kecil dihadapan Tuhan.

Minggu, 01 Mei 2011

Arsitektur Modern pada Perumahan Sederhana

Mungkin bagi sebagian kita mengenal rumah sederhana sebagai rumah yang dibiayai KPR nya dengan bunga murah karena disubsidi oleh pemerintah melalui beberapa bank yang ditunjuk. Hal ini mengacu pada beberapa perkembangan kebijakan, dimulai dari harga jual, maksimal kredit, maupun penghasilan dari pembeli rumah tersebut yang sebagian besar berpenghasilan menengah ke bawah.

Dengan harga jual yang terbatas maka logika umum menyatakan bahwa kualitasnyapun terbatas. Akan tetapi benarkah dengan keterbatasan tersebut membuat rumah sederhana memiliki arsitektur yang terbatas pula, apabila tidak ingin mengatakan sederhana?

Pertanyaan pertama, Adakah keterkaitan antara bentuk arsitektur modern dengan fungsionalitas rumah sederhana? Kedua, apakah ada keterkaitan antara arsitektur dengan luasan rumah sederhana yang masih mengijinkan T.21 saat ini?
Terakhir, adakah dari pengembang kita mempunyai style selain untuk berusaha dalam bidang ini, akan tetapi juga ikut berperan serta dalam merubah landscape kota menjadi lebih indah?

Arsitektur modern merupakan Internasional Style yang menganut Form Follows Function ( bentuk mengikuti fungsi ). Bentukan platonic solid yang serba kotak, tak berdekorasi, perulangan yang monoton, merupakan ciri arsitektur modern. Suasana degradatif ditampilkan oleh adanya arsitektur modern yang telah tidak mampu membedakan dirinya dari sebarang bangunan ( arsitektur itu lebih dari sekedar bangunan ), gubahan olah seni atau olah nalar atau keduanya tidak jelas karena prosesnya telah sedemikian mekanistik dan terformulasi keinginan untuk mendongkrak kembali degradasi ini. Hal ini justru merupakan kesalahan karena yang muncul malah cemoohan dan kelainan. Mencermati hal tersebut kiranya ada kesesuaian antara rumah sederhana yang sangat fungsional dengan nilai-nilai arsitektur modern.

Sudah seharusnya pembanguan rumah sederhana bersubsidi dibuat minimal 36-60 meter persegi. Dengan demikian perluasan ini akan mempengaruhi besaran subsidi perumahan dari pemerintah.

Selama ini pengembangan tipe rumah 21 m2 hingga tipe 36 m2 berdasarkan pada keberhasilan program keluarga berencana di Indonesia selama periode 1971 - 1997. Kiranya perlu ada peninjauan kembali kebutuhan dasar perumahan yang diberlakukan saat ini, apakah benar hunian berukuran 21 M2 itu masih layak untuk satu keluarga?

Padahal fungsi rumah saat ini bukan hanya tempat tinggal saja tetapi juga menjadi ruang usaha sehingga perlu standar yang lebih besar bagi orang tua yang mau berusaha. Bahkan kelayakan rumah sederhana setidaknya bisa mengakomodir pemisahan kamar bagi anak laki-laki dan perempuan.

Melihat perkembangan teknologi dan penyebaran informasi yang cukup cepat dewasa ini, terjadi semacam kesadaran masyarakat untuk lebih menekaknkan nilai nilai artristik dalam berbagai hal termasuk dalam pembangunan rumah, dan hal ini tentu saja membuat optimis kita kedepan bahwa antara harga jual rumah dan keindahan tidak lagi terjadi trade off akan tetapi bisa menjadi trade on.

Itu semua tergantung kita semua, pemerintah, masyarakat, dan pengembang. Mau?