Senin, 08 Juni 2009

Sebuah hati di masa lalu

Di suatu malam Paskah yg benar-benar dingin, saya melihatmu hanya sekejap sebelum akhirnya masuk di Kapel satu2nya di kota kita…. 10 tahun kemudian saya melihatmu pada kapel yg sama bersanding dengan seseorang… tampak senyum tipis dengan ribuan makna…. Bahagia pasti salah satu diantaranya… Tuhan memberimu seorang lelaki yang sering kau ceritakan… “suatu hari dia akan datang dari tempat yang jauh membawa sebuah janji kedepan untuk membahagiakan aku”, katamu suatu hari.. “aku tidak akan membiarkanmu sendiri dan bersedih bila semuanya memang harus bersediah… aku akan meluputkanmu sesulit apapun itu”… Aku termenung mendengar ceritamu yang belum bisa kubedakan dengan sebuah mimpi…
Saat itu aku berpikir, aku juga berasal dari jauh… bahkan cukup jauh… lihatlah warna kulitku berbeda denganmu…. Lihatlah cara bicaraku yang sering kau tertawakan karena tidak pas untuk melafalkan nama kota kita….

Aku juga bisa berusaha akan berbaik-baik denganmu bila kau inginkan untuk bisa menghiburmu dan menahanmu untuk tidak menangis…
Tapi bagaimana aku harus menyampaikan padamu, jika waktu itu singkat sekali, membingungkan aku, antara ketakutan kehilanganmu dan perasaan tak berguna bila melihat kelebihanmu…

Aku selalu datang kerumahmu di hari Sabtu dan Minggu, selalu berharap ada kemajuanku untuk memberanikan diri bersikap… untuk berhenti membohongi diriku sendiri… tapi aku selalu tidak berhasil… aku selalu melihat bahagiamu diantara cerita-ceritamu yang harus kudengarkan… tanpa sedikitpun aku bisa jujur …. Tanpa aku bisa mengatakan “Aku didepanmu Si!!! Pria itu bisa saja aku Si!!!
Sisi tersenyum, sedikit berlari dan menarik tanganku dengan sedikit berbisik… ssst.. ceritaku dulu bukan hanya sekedar cerita… lihatlah dia… bukankah sama dengan ceritaku dulu… kau pasti kaget mengenalnya Ben…. Tuhan menguping ceritaku dulu padamu… kau harus mengenalnya…
Ak termenung dan tergetar menyalami pria didepanku… pria setinggi sekitar 5 cm di atasku dengan wajah tampan natural, senyum tipis penuh ketulusan… ak merasakan tidak ada bedanya dengan cerita Sisi… aku jadi bisa menerimanya… Seandainya kamu tahu Si… “Kamu Benny ya yang sering diceritakan Sisi”.. rasanya Sisi mendeskripsikan seseorang dengan tepat”… Ben, ak Nanda…

Itu sepenggal perkenalan paling parah bagiku untuk seseorang yang telah mengambil hati yang selalu kupinta dalam doaku… untung Tuhan tidak pernah menonton film Jim Carey…. Bayangin aja kalau setiap doa dikabulkan Tuhan ..
Saat ini Sisi dan Nanda tinggal di Timika, sebuah kota pertambangan yang cukup jauh dari Mimika.. kami bertemu di Kapel yang sama di kota kita berasal.. ada rasa sesal dan bahagia melihat mereka berdua… Bantu ak ya Si, untuk tidak bercerita yang lain lagi tentang mimpi-mimpimu…

(One day in the life time : Sisi di sebuah kota yang sama dengan hati yang berbeda)

Sabtu, 06 Juni 2009

Sepenggal cinta di Port Numbay

Seorang teman mengatakan … ketika sebuah cinta bisa membuat kita berlari.. sungguh jauh dan jauh sekali… dan juga bisa meninggalkan bekas tanpa bisa kita mengusirnya barang sedetikpun… sebuah cinta … semua orang bisa mempunyai definisinya sendiri.. mengatakannya secara lugas tentang apa yang sudah dirasakannya atau hanya dari yang dilihat dipinggir jalan… mau lihat cinta sederhana?.. lihatlah cinta itu dipinggir taman Tugu walikota Malang… atau cinta yang tak mudah ditemukan kembali dan harus menunggu singgahnya keajaiban tangan Tuhan dari seseorang… lihatlah the sleepless in the Seattle.. betapa cinta sering sulit ditemukan… sampai Tuhan menghadirkan sesorang baru yang tiba-tiba merelakan melepaskan semuanya demi kesepian dan kesia-siaan seseorang…
Adakah dari kita yang pernah tiba-tiba ditinggalkan cinta, kehilangan cinta, atau meninggalkan cinta…. Rasanya pasti berbeda untuk hal yang secara phisik sama bahwa kita tidak bersama lagi… hmm… percayalah ketika terpotret pada sebuah film maka rasanya akan lebih indah ketika kita kehilangan atau ditinggalkan cinta… untuk yang terakhir bahkan saya belum pernah melihat filmnya hehe..
Saya ingin bercerita tentang sebuah bukit bernama angkasa, letaknya adalah di puncak bukit Dok 5, sebuah kawasan elit di port numbay (begitu sebagian orang sana menyebut nama lain Jayapura)… percayalah itu sebuah bukit yang menyeramkan bila malam, tidak semua orang berani untuk melewati atau berlama-lama di sana, karna di bawahnya persis ada sebuah rumah dimana sebuah keluarga terbunuh seluruhnya… dan situasi politis di sana tidak memungkinkan kita untuk dengan aman melewatinya dengan tenang…
Tapi rasa cinta mengalahkan semua perasaan itu sedalam-dalamnya… saya pernah melihat semua keindahan laut lepas disana diantara dingin malam bersama sebuah motor yang sering mogok dan tentu saja dengan sebuah cinta yang begitu indahnya… yang mungkin sulit tergantikan… dan ketika persaan cinta dapat mengalahkan ketakutan apapun namanya…
Sementara, Sammy, teman saya dari Jakarta yg sama-sama ditempatkan di sana.. semua kehidupannya penuh kekalutan yang belum pernah saya melihatnya… semuanya hanya karena apa yang kita namakan sebagai kesepian… membuat dia harus membunuhnya.. dan menyesali sesudahnya.. dan itu tadi cinta adalah kejujuran menurutnya.. dia menceritakan semuanya dan penyesalannya pada Kania, tunangannya di Jakarta… dasyat menurut saya waktu itu.. Kania seorang gadis biasa di Jakarta yang selalu melayani Tuhan dan berharap Tuhan memberikan kebaikannya melalui Sammy yang sedang pergi jauh seperdelapan perjalanan dunia… (hehe ada yg mau ngukur di peta dunia?).. saya inget benar ketika melihatnya menangis tak tertahankan di Bandara Soekarno Hatta… ternyata cinta bisa membuat kita menangis sedih dan bahagia..
Kania tak pernah bisa menerima hal itu sebagai suatu kenyataan… melalui telpon panjang ditengah malam… akhirnya Sammy menceritakan akhir semuanya.. Saya yang waktu itu hanya berusaha mencitai satu-satunya cinta yang saya miliki, bingung meski berpendapat apa… memangnya Kania salah bila dia ingin semuanya bersih dan murni… tak ternoda.. apakah sebagian dari kita juga tidak menginginkan hal seperti itu…
Disuatu malam yang tidak disengaja… setelah melihat laut di Dok 2, mirip sebuah pelabuhan kecil tempat saya dan Mariance duduk2 mendengar ombak dan angin yang sepertinya berteman akrab setiap waktu… saya memutuskan menikmati malam diteras rumah yg menurut saya sangat romance, dengan lampu yang remang dan letaknya yang bisa melihat bukit2 kota disisi lain kota Jayapura… telp berdering dan saya segera berlari berharap Mariance belum bisa tidur pula.. diujung sana dengan suara lirih…. hanya menyapa “Ben,… kamu belum tidur?.. ak bisa mengganggu sebentar… hah itu suara Kania..” malam itu dia tidak mencari Sammy yang memang sudah sering tidak pulang… demi perasaannya yang tidak terdefinisikan lagi buatnya… hehehe.. dia sering ketawa kalau saya ingatkan masa itu….
Ternyata Kania juga merasakan hal yang sama dengan Sammy…. Dia merasa kecewa yang dalam dari sebuah cinta yang slalu dijaganya slama ini.. tetapi dia juga merasa kehilangan cinta.. cinta yang tak pernah disambutnya lagi… Kania menanyakan bagaimana kabar Sammy apakah baik2 saja… demi kekuatiran yg sudah tak benama itu saya mengatakan dia baik2 saja meski sudah seminggu ga melihatnya dan ngantor juga pada hari2 yg ga jelas… hehe (untung loe ga dipecat Sam!!! Untung BM nya sekampung ma loe… hehehe)…
Saya diakhir telpon hanya sedikit cerita bahwa ini Jayapura, sebuah kota pelabuhan kecil yang terputus untuk kemana-mana … tanpa teman, tanpa sahabat, tanpa keluarga .. saya menceritakan ketika Mariance belum hadir… semuanya bisa menjadi sepi yang mematikan.. kepada siapa kita harus bercerita…. dan cinta adalah sebuah keberanian.. untuk mengatakan kejujuran yang sepahit apapun itu.. beruntunglah Kania memiliki Sammy yang berani mengatakannya dengan segala resikonya.. dia tidak mau berbohong kepada hati yang selalu mendampinginya… seandainya Sammy tidak bercerita, semuanya akan baik baik saja… Kania tidak akan tahu semuanya… apakah Kania tidak bersyukur mempunyai Sammy yang mau mengatakannya sejujurnya…. Bukankan cinta memaafkan? Bukankah cinta mau menerima…

Saat ini kami berdua telah mutasi dari Jayapura… Sammy dan Kania sering bertelpon kepada saya… juga Lia putri mereka yg masih kecil… Sammy tidak pernah tau apa yang terjadi malam itu… seminggu setelah telpon itu, Kania menyadarinya dan kembali mau menerima Sammy… 2 bulan setelah itu mereka menikah di Jakarta dan mereka tinggal bersama disebuah kontrakan kecil didekat dermaga… saya sering mengunjunginya untuk makan bersama…
Kania merasa dipertemukan dengan Sammy secara kebetulan oleh Tuhan, bahwa dia lelaki yang dikirim oleh Tuhan… Kania bersyukur mempunyai cinta yang mau berkorban, memaafkan dan menerima……. Dia melihat Sammy sebagai lelaki ditengah manusia lainnya yg tidak luput dari kejatuhan dan Sammy mempunyai cinta yang berani yg tidak dimiliki semua orang…
Saya sering termenung sendiri dan bahagia memikirkan mereka berdua.. memiliki cinta yang indah yang berjalan dengan sederhana..

(tulisan ini hanya sekelumit cerita di tahun 2002 yg saya harus tuliskan karena kealphaan saya akan cinta… hehe: thanks Sam for yr call, I miss you all there..)