“Aku slalu bahagia saat hujan turun… karna dapat mengenangmu untukku sendiri… Aku bisa tersenyum sepanjang hari karena hujan pernah menahanmu disini… untukku ”
Sebuah lagu indah ketika masa lalu tak bisa kembali… ketika bertemu seseorang dimasa sekarang merupakan penyesalan… ketika kuberpikir aku tetap sahabatnya dimasa lalu.. tapi bukan untuk masa sekarang… sekarang semuanya telah berubah.. melihatnya lagi merupakan kesedihan, penye
Namanya Embun… ak slalu memperhatikan dia seperti seorang sahabat … melihatnya berjalan saat masuk kantor merupakan kebahagiaan tersendiri…. Memastikan dia ada membuatku bahagia tak terkira… melihat hujan turun menjadi kebahagian tersendiri karena embun takut hujan… dan dia menunggu untuk pulang bersama… memastikan dia masih bisa tersenyum dan berjalan berdua dengan payung yang sebenarnya tidak dirancang untuk berdua bisa menjadi tak terlupakan…. Embun tak pernah kehilangan waktunya.. dia slalu bilang, “aku janji ingin bikin mam bahagia, bahagia melihat aku kelak… ak harus mengejar semuanya..” entah apalagi yang dipikirkan Embun tiap harinya… kerja… bertambah baik… demi mimpinya…. Ak bisa paham semuanya sebagai sebuah keniscayaan dari seorang gadis yang mesti hidup berdua dengan bunda yg amat dicintainya…. Tidak ada ayah yang telah pergi jauh entah kemana…
Namanya Embun… gadis sepulang wisuda menggantung mimpinya di awan… belajar pada langit… bernafas dengan keadaan… berlari dengan ribuan mimpi… aku melihatnya bahagia suatu hari saat hari pertamanya masuk kerja… senyumnya buat sang bunda dan mimpinya…
Suatu hari embun tak kulihat lagi… ia tetap berada didekatku dengan dimensi yang jauh… aku tak kuasa mengejar embun… dia berlari terlalu kencang… dia tak perlu payungku … dia tak menungguku lagi saat hujan turun… dia terus berlari mengejar mimpi…
Namanya Embun, gadis belia berusia 23 tahun…. Setahun lalu aku melihatnya terakhir….
Tiba-tiba kemarin aku melihatnya lagi dengan senyum mengembang? Rasa bahagia membias diwajahnya… ak merasa dia telah menggapai mimipinya… dia bercerita banyak hal kecuali hujan… dia tak pernah peduli lagi dengan hujan… “buat apa merasakan hujan” katanya…
Itu bukan Embun yang kukenal dulu… samasekali bukan… aku merasakan dia bukan yang dulu lagi… ak yakin dia berlari terlalu kencang dan terjatuh sejatuh jatuhnya… sampai dia tak bisa berlari lagi dan diantara kesendiriannya dia memilih jalan yang memilukan… memilukan bagi semua orang yang menyayanginya…..
Ak melihat embun selalu merona saat ini tanpa ak menggodanya… dengan gincu tebal dan eye shadow menyolok mata, rambut yang tidak lurus lagi…
Sepulang kerja ak tidak melihatnya lagi sendirian…… ia selalu bersama sama dengan orang yang selalu berbeda beda…… Embun tetap mempunyai cerita… tapi ini cerita yang lain … bukan mimpi atau hujan … tapi sebuah kebahagian dunia yang ternyata mudah diraih dengan pengorbanan yang menurutku luar biasa…
Betapa sedih membayangkan sang Bunda bila memahaminya saat ini… Bunda mungkin jalan tidak harus lurus… kerikil dan ambisi bisa membelokkan kita, menjatuhkan kita dan membuat kita mejual mimpi kita dan menggantinya dengan kebahagiaan sesaat…
Bunda maafkan bila semuanya tidak seperti yang pernah bunda ceritakan dulu… saat hujan turun, menahanku untuk pulang sedari mengantar Embun…
Kalau saja waktu bisa berulang… Embun… ak tidak akan membiarkanmu berlari sendiri… takkan kubiarkan kau jatuh sendiri… tak kubiarkan mimpimu direbut yg lain… takkan kubiarkan mereka berjalan disisimu…
Maafkan aku Embun… aku tak bisa menolongmu…
“Aku bisa tersenyum sepanjang hari karena hujan pernah menahanmu disini… untukku ”
(Antara aku, Engkau dan Hujan : 2 tahun ini terasa kejam untukmu..)

